Kamis, 21 Oktober 2010

Mengenal Salah Satu Anak Berkesulitan Belajar


Anak ADHD

ADHD (attention deficit hyperactivity disorder) dalam bahasa Indonesia biasa diterjemahkan sebagai GPPH, gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas. Artinya adalah, kondisi di mana seorang anak sulit atau bahkan sangat sulit untuk memusatkan perhatiannya pada sesuatu. Hal ini dikarenakan ada sesuatu yang tidak pada tempatnya di dalam otaknya. Seperti minimal brain disorder (ketidakberesan kecil di otaknya), minimal brain damage (kerusakan kecil pada otaknya, hyperkinesis (terlalu banyak bergerak/aktif) dan hiperaktifitas. Dalam catatan kepustakaan, 3 sampai 5% anak usia sekolah mengalami ADHD.

Sebagai orangtua, kita harus mengetahui apa saja tanda-tanda anak ADHD, agar tidak salah mengambil langkah penanganan. Selain itu, orangtua tidak boleh panik berlebihan. Keadaan ini (memiliki anak ADHD) merupakan “tugas atau kewajiban” yang dianugerahkan Tuhan kepada diri kita, orangtua. Pasti, karena kita dianggap mampu mengemban tugas ini, bukan orang lain. Ada 3 tanda-tanda anak ADHD, yakni:
  1. Anak tidak mampu memusatkan perhatian pada beberapa hal seperti membaca, menyimak pelajaran atau dalam beraktivitas bermain. Selain itu, konsentrasinya mudah buyar hanya karena hal-hal yang sepele misalnya bunyi-bunyian, bau-bauan, gerakan-gerakan dan lain sebagainya. Namun, hal yang sebaliknya bisa terjadi bila dirinya memiliki ketertarikan pada sesuatu hal, maka setiap saat pembicaraan selalu berkisar pada topik itu-itu saja sehingga lawan bicaranya akan menjadi bosan.
  2. Tidak bisa diam, selalu bergerak (hiperaktif). Tampak selalu kelebihan energi dan tidak kenal lelah sepanjang hari dari bangun tidur hingga menjelang tidur malam.
  3. Impulsif, bertindak tanpa memikirkan akibat yang bisa ditimbulkan oleh tindakan yang dilakukan. Contoh, mengejar bola di jalan raya, atau berjalan seenaknya sehingga menabrak apa saja yang ada di depannya seperti misalnya pot bunga, meja dan lain-lainnya. Selain itu, kalau berbicara “seenaknya”, tidak dipikirkan dampaknya apakah menyakitkan orang lain atau tidak.
Jadi, orangtua yang sejak dini melihat hal-hal yang tersebut di atas berkesinambungan selama lebih dari 6 bulan tak pernah putus, dibandingkan dengan anak lain seusianya. Besar kemungkinan buah hatinya adalah anak ADHD. Pada dasarnya, hal ini bisa terlihat (muncul) sebelum anak usia sekolah. Namun, biasanya orangtua baru terkaget-kaget tatkala si anak berada di usia sekolah.

Dengan pikiran yang tenang dan jernih, orangtua harus yakin bahwa buah hatinya benar-benar ADHD. Hal ini sangat penting agar orangtua tidak terjebak dengan langkah-langkah yang justru bisa menyuburkan kondisi ADHD yang ada pada anaknya.

Secara sederhana, tabel di bawah ini bisa dipergunakan untuk meyakinkan kondisi anak yang sebenarnya. Pilihlah jawaban yang tersedia dalam kondisi yang tenang.
Tabel Pernyataan dan Jawaban

A = Sama sekali tidak
B = Agak sering
C = Sangat sering

Bila jawaban pernyataan Anda berada banyak di kolom B (agak sering) apalagi di C (sangat sering) itu akan meyakinkan bahwa buah hati Anda adalah anak ADHD.

Walau begitu, kita (orangtua) harus berhati-hati untuk memberikan label anak ADHD, karena banyak anak yang bisa saja bertingkah laku seperti ini. Jadi, penting sekali untuk memperhatikan sesering mungkin, sekaligus memperhatikan mereka dalam situasi yang berbeda. Tabel tersebut dapat digunakan mengobservasi anak di rumah, di sekolah atau saat yang berlainan dalam sehari.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar