Jumat, 05 November 2010

Menyentuh Autis Lewat Penyandangnya

Oleh : Ages Soerjana, Terapis

Dari perkembangan umum, kita dapat melihat bahwa sejak lahir, setiap individu mengembangkan pengertian komunikasi. Secara alamiah para bayi menyadari bahwa suara manusia lebih penting dibanding suara-suara lain. Bahkan tanpa pengajaran, seiring berjalannya waktu, mereka mulai memahami bahasa manusia dan mulai belajar berbicara.

Kemampuan untuk memahami perilaku sosial jelas tertanam dalam otak kita. Dan sebagian besar penyandang cacat, menyimpan intuisi atau gerak hati sosial mereka secara utuh. Walaupun cacat, penyandang tunarungu, tunanetra, tungrahita dan gangguan kemampuan berbahasa, tidakmemiliki masalah khusus dalam memahami perilaku sosial maupun dalam menambahkan makna pada persepsi sosial.

Lain halnya dengan penyandang autis. Mereka memiliki kesulitan khusus dalam ‘membaca’ mimik wajah, tanggapan atau rangsangan emosi yang dihadapinya. Tetapi bukan berarti mereka tidak memiliki emosi. Karena itu setiap sikap terbuka penuh kasih sayang yang kita tampilkan secara alamiah kepada mereka, belum tentu mendapat tanggapan yang tepat dari mereka.

Kadang-kadang keinginan kita untuk berkomunikasi dan meluapkan kasih sayang pada anak-anak kita menjadi hal yang berakhir mengecewakan. Pernahkan kita sadari bahwa hal itu juga ‘berat’ bagi mereka?

Paling tidak ada lima alasan yang mampu diungkapkan oleh salah seorang penyandang autis dewasa, Therese Joliffe, saat merefleksikan caranya yang berbeda dalam berkomunikasi di masa lampau. Ia menuliskan :

...pertama, saya harus berjuang keras untuk memahami ucapan. Bahwa ketika kata-katamencapai otak, itu sepertinya tercetak seperti yang saya dengar. Kedua, karena berusahaberbicara merupakan kerja keras, khususnya ketika saya baru belajar bicara, yang bisa sayalakukan hanyalah berusaha dan mengulangi kembali apa yang ada dalam ingatan saya. Ketiga,untuk waktu yang lama, saya hanya punya sedikit sekali pengetahuan tentang ucapan dan tentunya saya sulit percaya bahwa suara orang waktu mengatakan sesuatu adalah cara yang harus saya gunakan juga untuk mengatakannya. Saya tidak menyadari bahwa kata-kata dapat diuraikan dengan menggunakan semua jenis suara dan bahwa ada cara lain untuk mengungkapkan sesuatu. Keempat, kadang-kadang saya terbiasa untuk mengulangi kembali kata-kata yang sama karena hal itu membuat saya merasa lebih aman. Kelima, sebelumnya saya menganggap hanya bisa berbicara satu-dua kata saja, sehingga ketika saya pertamakali mengulangi kata-kata persis sama seperti yang saya dengar, itu menjadi cara yang baik untuk bereksperimen dengan kalimat yang lebih panjang, bahkan meskipun saya tidak sengaja…….

Ini merupakan informasi yang penting dalam mencoba memahami mereka. Hal ini juga membantu kita lebih mengenal dan kemudian mencari cara berbeda yang lain dalam menerapkan proses belajar bicara dan berkomunikasi dalam pendampingan terhadap mereka.

1 komentar:

  1. Pusat Terapi Anak berkebutuhan khusus Rumah Sahabat Yogyakarta melayani terapi autism, terlambat bicara, ADHD, Down syndrom, CP dan lain-lain dengan terapi terpadu, speech terapi, sensori integrasi, terapi perilaku, fisioterapi, home visit program, pendampingan dll. untuk informasi lebih lanjut silakan hubungi Rumah sahabat phone 0274 8267882

    BalasHapus