Kamis, 04 November 2010

Cara Sederhana Menangani Anak Dengan Gangguan Bicara

Oleh : Drs. H. Juhanudin, D. Sp. Ed

Hambatan/gangguan komunikasi bisa terjadi pada aspek bahasa, artikulasi, suara dan kelancaran. Penanganan hambatan/gangguan komunikasi perlu dilakukan secara terpadu, dengan melibatkan multidisipliner, yang terdiri dari dokter spesialis, psikolog, terapis, orangtua, guru, dan lingkungan, serta perlu dilakukan sedini mungkin. Keterlambatan perkembangan bahasabicara (delayed speech language development) ini bisa terjadi sejak bayi sampai tercapainya kemampuan berbahasa/berbicara secara menyeluruh (fonologi, morfologi, sintaksis dan semantisnya) yang diperkirakan pada usia 8 tahun. Tanda-tanda gangguan bicara/bahasa antara lain :
  1. Tidak memahami bicara orang lain,
  2. Tidak menguingkapkan isi hati dan pikirannya secara verbal maupun non verbal,
  3. Tampak sulit dalam mengujarkan kata-kata,
  4. Bicara tidak/kurang jelas dan sulit dipahami orang lain,
  5. Tidak bisa bersuara,
  6. Suara atau irama bicara menarik perhatian orang lain,
  7. Adanya Echolaka atau mengulang-ulang bicara orang lain.
Di bawah ini adalah tips bagi para orangtua yang diamanati anak dengan masalah dalam bicara :
  1. Ciptakanlah suasana bermain yang menyenangkan pada saat berkomunikasi dengan anak. Mulailah dengan sesuatu yangdisukai si anak, misalnya melakukan gerakanImitation atau meniru apa yang dilakukan anak, untuk memancing ketertarikan si anak.
  2. Menimbulkan rasa senang dan memancing perhatian anak agar anak senang berbicara, jangan terlihat sedang mengajar si anak.
  3. Merangsang anak untuk bicara, dengan mengulang-ulang apa yang kita ucapkan, kemudian memberikan reward pujian atau makanan yang disukai. Cari tahu kesenangan anak. Misalnya anak senang es krim, perlihatkan es krim, apabila si anak memberikan respon misalkan keluar kata "U", berikan es krimnya. berikutnya tunjukkan lagi es krim sambil bertanya "mau?" Ketika anak menjawab, berikan es krim. Aktifitas ini bisa diulang satu dua kali.
  4. Ketika anak sudah senang bicara maka ia akan cepat mampu bicara. Jangan melecehkan bahasa anak, misalnya karena ia salah mengucapkan. Bila anak merasa bahasanya dilecehkan, bisa saja menyebabkan anak mogok atau trauma bicara terhadap orang - orang yang melecehkannya. Jadi, ketika anak menunjuk ke bolanya yang jatuh sambil berkata "ola atuh", lebih baik kita sambut dengan "oo, bola adik jatuh ya?" Jadi bukannya dikoreksi dengan, misalnya, "ngomongnya salah, bukan begitu",'sudah gede kok ngomongnya masih enggak jelas','yang benar ngomongnya begini', dan lain sebagainya.
  5. Kata kuncinya dalam belajar bicara adalah pendekatan ke anak, sehingga anak nyaman untuk berkomunikasi. Jangan sampai ada pemolakan dari si anak.
  6. Merekam suara anak - anak yang sudah bicara untuk disengarkan kepada anak. Anak lebih tertarik dengan rekaman suara anak - anak daripada mendengarkan rekaman suara orang dewasa.
  7. Segala aktivitas harus dibahasakan, misalkan pada saat mandi, ibu atau bapak sebaiknya membahasakan aktivitas mandi, seperti “Nak, sabunnya wangi sekali ya”, “aduh airnya dingin”, “ayo, bersihkan tangan pakai sabun, supaya tangannya bersih”. Apa pun yang berhubungan dengan aktivitas anak, bisa kita bahasakan, agar anak terbiasa berkomunikasi.
  8. Self talk, bercerita/membahasakan apa yang sedang dilakukan oleh orang tua, misalnya ayah sekarang sedang makan, ini buah mangga, rasanya manis, dan seterusnya. Parallel talk, membahasakan aktivitas anak dengan bahasa sederhana, “adik senang main bola yah, bolanya bundar, ayo kejar bolanya, oh kaki adik kotor (sambil memegang kakinya yang kotor)” dan seterusnya.
  9. Untuk anak tunarungu, pengulangan bicara dilakukan berhadapan dengan posisi wajah kita sejajar dengan wajah anak agar alat bicara kita langsung terlihat oleh anak (face to face/ sejajar). Perhatikan agar kita menghadap datangnya sinar agar alat ucap kita bisa terlihat jelas oleh si anak. Berikan kesempatan pada anak untuk lips reading/speeks reading/membaca ujaran (speech reading) yang kita lafalkan dengan jelas, dengan kecepatan yang sewajarnya.
  10. Gaya bicara anak-anak (baby talk) pada orang tua perlu dihindari . Seringkali orangtua melafalkan bahasa yang lucu, seperti bahasa anak. Kita harus bicara dengan benar. Misalkan anak melafalkan ‘mum ma’, kita orang tua/dewasa perlu membahasakan kata-kata yang belum jelas ‘oh adik mau makan’, di ulang-ulang.
  11. Lihat kemampuan dasar anak, dengan membahasakan hal-hal yang kongkrit.
  12. Berikan konsep berbahasa pada benda asli dan tiruan; misalkan ketika mengajarkan konsep cangkir, berikan beberapa macam cangkir. Sehingga anak dapat menyimpulkan, misalnya, cangkir punya kuping, beda dengan gelas. Juga misalnya pisang, ada beragam pisang dengan bentuk dan ukuran bermacam-macam.
  13. Untuk anak gagap, jangan sampai anak menyadari adanya problem gagap (stuttering). Karena bila disadari, apalagi dipermasalahkan, maka ia akan merasa terbebani, sehingga semakin gagap. Gagap terjadi pada kata yang diawali dengan konsonan (misalnya kata yang dimulai dengan huruf b, k, t dan juga konsonan lainnya). Mengapa anak gagap? Seorang ahli mengatakan “sekian banyak penderita gagap, sekian banyak pula juga penyebabnya.” Yang lebih banyak problem psikologis. Tapi yang jelas biasanya penderita gagap terbilang cerdas.

1 komentar:

  1. Pusat Terapi Anak berkebutuhan khusus Rumah Sahabat Yogyakarta melayani terapi autism, terlambat bicara, ADHD, Down syndrom, CP dan lain-lain dengan terapi terpadu, speech terapi, sensori integrasi, terapi perilaku, fisioterapi, home visit program, pendampingan dll. untuk informasi lebih lanjut silakan hubungi Rumah sahabat phone 0274 8267882

    BalasHapus