Jumat, 05 November 2010

Keseriusan Pemerintah Obama Menangani Autisme

Sesuai dengan janji kampanyenya, Presiden Amerika Serikat Barrack Obama, meminta US $ 211 juta sebagai bagian dari anggaran Depertemen Kesehatan dan Pelayanan Kemanusiaan (U.S. Department of Health & Human Services) untuk penelitian autisme dan pelayanan. Diharapkan, sebagian besar penelitian diarahkan terhadap penelitian lingkungan, termasuk kemungkinan membuat vaksin penyebabnya, dan untuk perawatan.

Memang pernah ada penelitian yang mengidentifikasi autisme disebabkan faktor genetik oleh Teresa Binstock pada tahun 1999 telah mengabaikan komponen lingkungan dari penyebab autisme yang dirujuk pada beberapa kesempatan oleh Simon Baron Cohen. Gagasan bahwa kondisi kompleks ini sepenuhnya genetik tidak pernah berdasarkan bukti.

Sejak mengambil alih kepresidenan awal Januari lalu, penyandang cacat dan gangguan lainnya telah menjadi prioritas penting dalam agenda presiden. Cukup beralasan memang jika Obama meminta dana untuk penanganan autisme di AS meningkat, pasalnya pada tahun 2006 rata-rata 1 dari 110 anak di AS memiliki Autism Spectrum Disorders (ASD). Hal ini dilaporkan terjadi pada semua kelompok ras, etnis, dan sosial-ekonomi, namun berada pada rata-rata 4 -5 kali lebih mungkin terjadi pada anak laki-laki dari pada anak perempuan.

Jika 4 juta anak lahir di Amerika Serikat setiap tahunnya, berarti sekitar 36.500 anak-anak akan didiagnosa dengan ASD. Dengan asumsi tingkat prevalensi telah tetap selama dua dekade terakhir, dapat diperkirakan bahwa sekitar 730 ribu orang antara usia 0 -21 tahun memiliki ASD.

Studi di Asia, Eropa dan Amerika Utara telah mengidentifikasi individu dengan ASD dengan perkiraan prevalensi 0.6 persen menjadi lebih dari 1 persen, dan sekitar 13 persen anak memiliki cacat perkembangan, mulai dari ringan seperti gangguan bicara dan bahasa hingga serius seperti cacat intelektual, cerebral palsy, dan autisme.

Faktor Risiko dan Karakteristik
Berdasarkan penelitian telah menunjukkan bahwa dikalangan kembar identik, jika seorang anak memiliki ASD, kemudian yang lain akan terpengaruh 60-96%. Pada kembar non-identik, jika seorang anak memiliki ASD, kemudian yang lain dipengaruhi sekitar 0-24%. Begitu pula, orang tua yang memiliki anak dengan ASD punya kesempatan 2% -8% dari memiliki anak kedua yang juga terpengaruh.

Diperkirakan bahwa sekitar 10% anak dengan ASD memiliki genetik diidentifikasi, neurologis atau gangguan metabolisme, seperti Down Syndrome. Ketika kita belajar lebih banyak tentang genetika, jumlah anak dengan ASD dan kondisi genetik diidentifikasi kemungkinan akan meningkat. Sebuah laporan yang diterbitkan oleh CDC pada tahun 2009, menunjukkan bahwa 30-51% (41% ratarata) dari anak-anak yang memiliki ASD juga memiliki Cacat Intelektual (intelligence quotient <= 70).



Biaya Ekonomi

Penelitian terbaru di AS, memperkirakan bahwa biaya seumur hidup untuk merawat seorang individu dengan ASD adalah $ 3,2 juta.

Meskipun autisme biasanya dianggap sebagai gangguan dari masa kanak-kanak, biaya dapat dirasakan semakin berat ketika anak beranjak dewasa. Biaya besar yang dihasilkan dari layanan dewasa dan kehilangan produktivitas baik si individu dengan autisme dan orang tua mereka, memiliki implikasi penting bagi para anggota umur generasi ledakan bayi mendekati pensiun, termasuk beban keuangan yang besar mempengaruhi tidak hanya keluarga tetapi juga berpotensi masyarakat pada umumnya. Hasil ini mungkin berarti bahwa dokter dan profesional kesehatan lainnya harus mempertimbangkan untuk merekomendasikan orang tua dari anak autis untuk mencari konseling keuangan dalam membantu merencanakan transisi ke dewasa.

Memang, autisme adalah gangguan kesehatan yang sangat mahal. Di AS biayanya mencapai US $ 35 miliar biaya langsung (baik medis dan nonmedis) dan biaya tidak langsung untuk merawat semua individu yang didiagnosis setiap tahun selama hidupnya. Biaya finansial dan non finansial yang hadapi dan pilihan semakin lebih diberikan untuk pengobatan dan mungkin untuk pencegahan, informasi mengenai distribusi biaya yang dibutuhkan untuk membantu memutuskan cara terbaik dalam mengalokasikan sumber daya yang langka untuk mendukung individu dengan autisme dan keluarga mereka.

Dan di Indonesia belum terlihat keseriusan pemerintah dalam menangani persoalan anak berkebutuhan khusus, terutama dalam penelitian dan perawatan bagi mereka.
(dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar